Global Warming (Pemanasan Global) adalah proses memanasnya suhu rata-rata tahunan bumi yang mulai terjadi sekitar tahun 1900an sebagai akibat dari revolusi industri (Industry Revolution) di Inggris dan diikuti negara Eropa lainnya. Revolusi industri itu sendirilah yang mengakibatkan munculnya berbagai negara-negara maju di dunia pada saat ini. Maka, sekarang ini negara2 maju lah yang dituding sebagai penyebab pemanasan global karena gas buang karbon yang dibuang pada kegiatan industri yang menjadi tulang punggung ekonomi negara maju.
1. Atmosfer
1.1 Gas-gas di Atmosfer
Atmosfer bumi terdiri dari beberapa gas antara lain nitrogen, oksigen, karbon dioksida; ditambah dengan uap air dan zat-zat lain, seperti debu, jelaga, dan sebagainya
1.2 Lapisan-lapisan Atmosfer
Atmosfer bumi terdiri dari berbagai lapisan, yaitu berturut-turut dari lapisan bawah ke atas adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer
Troposfer adalah lapisan terendah yang tebalnya kira-kira sampai dengan 10 kilometer di atas permukaan bumi. Dalam troposfer ini terdapat gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global.
Stratosfer adalah lapisan kedua dari bumi yang tebalnya kira-kira 10 kilometer sampai dengan 60 kilometer di atas permukaan bumi. Di stratosfer terdapat ozon yang melindungi bumi dari bagian sinar matahari yang berbahaya (sinar ultraviolet)
1.3 Fungsi Atmosfer
Setiap kali menghirup udara, manusia diingatkan bahwa tidak dapat hidup tanpa udara.
Udara bersih adalah kebutuhan fisik manusia . Atmosfer membuat suhu bumi sesuai untuk kehidupan manusia.
Dengan adanya efek rumah kaca di atmosfer, sinar matahari yang masuk atmosfer dapat diserap dan menghangatkan udara. Suhu rata-rata di permukaan bumi naik 33°C lebih tinggi menjadi 15°C dari seandainya tidak ada efek rumah kaca (-18°C), suhu yang terlalu dingin bagi kehidupan manusia.
2. EFEK RUMAH KACA
2.1 Istilah Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca atau Greenhouse Effect merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran dan biji-bijian di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari pada waktu cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya.
Hal tersebut terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh tanaman/tanah di dalam ruangan rumah kaca sebagai sinar inframerah yang berupa panas. Sinar yang dipantulkan tidak dapat keluar ruangan rumah kaca sehingga udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi daripada suhu di luarnya dan hal tersebut dikenal sebagai efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat pula terjadi di dalam mobil yang diparkir di tempat yang panas dengan jendela tertutup.
2.2 Efek Rumah Kaca di Atmosfer
Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang diserap akan dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas terperangkap di troposfer dan akhirnya mengakibatkan peningkatan suhu di lapisan troposfer dan di bumi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya efek rumah kaca di bumi.
2.3 Gas-gas Rumah Kaca
Gas-gas Rumah Kaca atau Greenhouse Gases adalah gas-gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Selain uap air (H2O) Siklus Air dan karbon dioksida (CO2), terdapat gas rumah kaca lain di atmosfer, dan yang terpenting berkaitan dengan pencemaran dan pemanasan global adalah metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (N2O), dan chlorofluorocarbon (CFC) Perusakan Lapisan Ozon.
Pemanasan Global
Gas Rumah Kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran.
Gas Rumah Kaca di atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global
Uap air (H2O)
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air Siklus Air. Sebenarnya uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
Karena jumlah uap air di atmosfer berada di luar kendali manusia (secara alami keberadaan uap air sudah sangat banyak di atmosfer) maka peranan uap air dalam peningkatan efek rumah kaca tidak akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikut.
Uap air H2O
Karbon dioksida CO2
Metana CH4
Ozon O3
Dnitrogen oksida atau nitrat oksida N2O
Chlorofluorocarbon CFC
Carbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi Energi.
Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah karbondioksida dalam atmosfer.
Namun selain efek rumah kaca tersebut, karbon dioksida juga memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis Energi. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida diserap oleh ganggang.
Metana (CH4)
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.
Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti, karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah; sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.
Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara
Ozon (O3)
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer)
/ Perusakan Lapisan Ozon.
Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan Perusakan Lapisan Ozon.
Dinitrogen oksida (N2O)
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Dulunya gas ini digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang tertawa sehingga juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’.
Tidak banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi).
Chloroflourocarbon (CFC)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’.
Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan mikrochip Perusakan Lapisan Ozon.
Pengaruh Gas-gas Rumah Kaca terhadap Terjadinya Efek Rumah Kaca
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan penyerapan energi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global
Waktu tinggal gas rumah kaca di atmosfer juga mempengaruhi efektivitasnya dalam menaikkan suhu. Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu.
Nilai-nilai waktu tinggal gas rumah kaca di dalam atmosfer
Kemampuan Gas-gas Rumah Kaca dalam penyerapan panas (sinar inframerah) seiring dengan lamanya waktu tinggal di atmosfer dikenal sebagai GWP, Greenhouse Warming Potential. GWP adalah suatu nilai relatif dimana karbon dioksida diberi nilai 1 sebagai standar.
Zat-zat chlorofluorocarbon, misalnya, mempunyai nilai GWP lebih tinggi dari 10.000. Itu berarti bahwa satu molekul zat chlorofluorocarbon mempunyai efek rumah kaca lebih tinggi dari 10.000 molekul karbon dioksida.
Dengan kata lain, makin tinggi nilai GWP suatu zat tertentu, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu.
Tabel (1). Waktu Tinggal Gas-gas Rumah Kaca di Atmosfer
Gas Rumah Kaca Waktu Tinggal di Atmosfer, (tahun)
Karbon dioksida (CO2) 50 - 200
Metana (CH4) 10
Ozon (O3) 0,1
Dinitrogen oksida (N2O) 150
CFC R-11 (CCl3F) 65
CFC R-12 (CCl2F2) 130
Tabel (2). Nilai GWP (Green House Warming Potential) Gas-gas Rumah Kaca
Gas Rumah Kaca GWP (relatif)
Karbon dioksida (CO2) 1
Metana (CH4) 21
Dinitrogen oksida (N2O) 206
Ozon (O3) 2.000
CFC R-11 (CCl3F) 12.400
CFC R-12 (CCl2F2) 15.800
3. PEMANASAN GLOBAL
3.1 Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global
Peningkatan efek rumah kaca terutama disebabkan oleh pencemaran udara dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global, yaitu peningkatan suhu di permukaan bumi yang mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
3.2 Pemanasan Global
Pemanasan Global adalah fenomena naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca di atmosfer meningkat akibat adanya peningkatan kadar gas-gas rumah kaca, antara lain karbon dioksida, metana, ozon.
Pemanasan Global atau Global Warming saat ini menjadi isu internasional. Isu tersebut timbul karena pemanasan global mempunyai dampak yang sangat besar bagi dunia dan kehidupan makhluk hidup, yaitu perubahan iklim dunia
Menurut beberapa pakar, bumi saat ini telah memasuki masa pemanasan global karena enam tahun terpanas dalam 100 tahun semuanya jatuh pada tahun 1980-an yaitu, dari yang tertinggi sampai terendah, tahun 1988, 1987, 1983, 1981, 1980, dan 1986.
3.3 Karbon dioksida dan Pemanasan Global
- Pembakaran Bahan Bakar Fosil
Sumbangan utama terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara dan gas bumi. Pembakaran bahan-bahan tersebut menambahkan 18,35 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer tiap tahun.
(18,35 miliar ton karbon dioksida = 18,35 x 1012 atau 18.350.000.000.000 kg karbon dioksida)
Dari konsumsi energi dunia saat ini (tidak termasuk kayu bakar), sedikit di bawah 40 persen adalah minyak bumi, 27 persen batu bara, dan 22 persen gas bumi, sementara listrik tenaga air dan nuklir merupakan 11 persen sisanya.
Selain merupakan bahan bakar fosil yang menghasilkan pencemaran paling tinggi, batu bara juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama dari minyak, jumlah karbon dioksida yang dilepas akan mencapai 2 ton dan dari gas bumi hanya 1,5 ton.
Kayu lebih parah lagi, yaitu melepaskan 3,4 ton karbon dioksida untuk menghasilkan jumlah energi yang sama dengan membakar satu ton batu bara.
Tetapi kayu adalah sumber energi terbarui yang dapat digunakan secara berkelanjutan, dan penanaman hutan kembali akan mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer karena tumbuhan hutan akan menyerap karbon dioksida dalam proses fotosintesis
- Penggundulan Hutan dan Perluasan Pertanian
Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer. Walaupun perhitungan tepat tidak mungkin dilakukan, namun diperkirakan bahwa kedua aktivitas tersebut menambah 3,67 - 7,34 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer tiap tahun.
- Peningkatan Kadar Karbon dioksida di Atmosfer
Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa kegiatan manusia (pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan dan perluasan pertanian) menambahkan sekitar 22,02 - 25,69 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer tiap tahun. Sekitar setengah dari jumlah tersebuti tinggal di atmosfer, dan sisanya diserap oleh lautan dan tumbuh-tumbuhan darat
Pelepasan atau emisi karbon dioksida ke atmosfer menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.
4. AKIBAT PEMANASAN GLOBAL
4.1 Melihat ke Masa Depan
Pemanasan global merupakan akibat dari meningkatnya kadar gas rumah kaca, sehingga suhu bumi naik. Pemanasan global adalah proses perubahan keadaan yang berjalan sangat lambat. Dampak utama dari pemanasan global adalah perubahan iklim global yang akan mengakibatkan antara lain peningkatan permukaan air laut, penurunan hasil panen pertanian dan perikanan, perubahan keanekarangam hayati.
Lebih dari 1000 ilmuwan yang tergabung dalam organisasi IPCC atau Inter-governmental Panel on Climate Change (Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim) dari seluruh dunia telah dilibatkan dalam diskusi pemanasan global. Indonesia juga merupakan anggota dari organisasi tersebut.
Untuk mengetahui akibat pemanasan global organisasi tersebut menggunakan berbagai pendekatan antara lain ramalan, model komputer dan skenario.
* Ramalan
Sebuah ramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang sebenarnya akan terjadi. Ramalan menggunakan informasi yang ada untuk membuat sebuah prakiraan tentang masa depan, setepat mungkin. Ramalan cuaca, misalnya, mencoba memperkirakan bagaimana cuaca hari-hari berikut, sampai satu minggu berikutnya.
Makin jauh ke depan sebuah ramalan, makin sulit untuk memperkirakannya dengan tepat.
* Model Komputer
Ini merupakan bentuk kenyataan yang disederhanakan, dinyatakan dalam istilah matematis yang dapat ditangani oleh komputer.
Model komputer memungkinkan para ilmuwan untuk mengubah beberapa dari pernyataan-pernyataan matematis ini (misalnya, yang mewakili gas rumah kaca dalam atmosfer), memasukkannya dalam komputer dan melihat apa yang terjadi.
* Skenario
Skenario bertujuan menggambarkan akibat jika hal-hal tertentu terjadi dengan menggunakan asumsi yang berbeda-beda.
Terdapat dua skenario akibat pemanasan global oleh organisasi IPCC, yaitu Skenario Optimis dan Skenario Pesimis.
Setiap skenario mempunyai dua asumsi:
• Asumsi pertama berlaku untuk masing-masing skenario, yaitu
Bahwa emisi karbon dioksida kemungkinan besar akan meningkat, menjadi dua kali lipat pada 2030. Untuk dinitrogen oksida dan metana diyakini bahwa semakin banyak jumlah penduduk dunia semakin tinggi emisinya.
• Asumsi kedua berbeda untuk masing-masing skenario, yaitu
Bahwa kepekaan iklim global terhadap peningkatan kadar gas-gas rumah kaca rendah. Hal ini dinyatakan dalam Skenario Optimis.
Bahwa kepekaan iklim global terhadap peningkatan kadar gas-gas rumah kaca tinggi. Hal ini dinyatakan dalam Skenario Pesimis.
- Skenario Optimis
Dalam skenario ini peningkatan suhu global pada 2030 diperkirakan mencapai 0,5°C dan permukaan air laut naik 5 cm. Peningkatan suhu yang disetujui pada akhir abad 21 adalah 1,5°C dan peningkatan permukaan air laut 45 cm. Jika prediksi ini benar, tidak akan ada atau hanya akan ada sedikit perubahan iklim pada 30 atau 40 tahun mendatang.
- Skenario Pesismis
Dalam skenario ini peningkatan suhu global pada 2030 diperkirakan mencapai 1,5°C dan permukaan air laut naik 45 cm. Peningkatan suhu yang disetujui pada akhir abad 21 adalah 4,5°C dan peningkatan permukaan air laut adalah satu meter. Jika dunia sedang berputar ke arah ini, akibatnya akan tampak jelas dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang. Perubahan-perubahan besar dalam pola cuaca, dan akibat keterlibatan lain, seperti yang digambarkan berikut, mungkin sudah mulai berjalan dalam tahun 2020-an, ketika anak-anak sekarang mencapai umur 30-an pada saat itu.
4.2 Perubahan Iklim Global
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa sejumlah kejadian alam selama ini memberikan tanda-tanda kuat bahwa iklim mulai tidak stabil.
Pada 1987, misalnya, tercatat suhu tinggi pemecah rekor terjadi di Siberia, Eropa Timur dan Amerika Utara. Rekor ini kembali dipecahkan di daerah-daerah tersebut pada tahun berikutnya.
Juga pada 1987 terjadi banjir besar di Korea, Bangladesh, dan di Kepulauan Maladewa (Maledives) akibat ombak pasang. Pada tahun berikutnya, Bangladesh mengalami banjir lagi, dan pada awal 1991 banyak korban jiwa akibat angin puyuh.
Daftar bencana alam ini masih dapat diperpanjang. Walaupun belum ada bukti langsung yang mengkaitkan kejadian-kejadian di atas dengan pemanasan global, atau belum ada indikasi bahwa iklim menjadi lebih mudah berubah, kejadian-kejadian tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja.
4.3 Kenaikan Permukaan Air Laut
Salah satu akibat pemanasan global adalah dapat mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Pencairan es tersebut menyebabkan naiknya permukaan air laut.
Banyak kawasan pertanian subur dan berpenduduk paling padat di dunia terletak di daratan rendah sepanjang pantai. Diperkirakan bahwa sekitar setengah dari jumlah umat manusia hidup di daerah-daerah tersebut.
Peningkatan permukaan air laut memperbesar resiko banjir. Hal ini terutama berlaku jika pemanasan global dikaitkan dengan terjadinya badai dan topan yang ganas.
Banyak negara berkembang sangat bergantung pada industri pariwisata. Salah satu daya tariknya ialah pantai-pantai pasir yang luas dan bersih. Untuk gambaran kasarnya, jika terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10 cm, berarti hilangnya sekitar 10 m pantai
Meningkatnya permukaan air laut mendorong batas antara air asin dan air tawar di muara sungai lebih jauh ke daratan. Peningkatan setinggi 10 cm akan cenderung mengakibatkan penembusan air laut sekitar satu kilometer lebih jauh ke darat dalam muara datar.
Penembusan air asin ke dalam cadangan air tawar dapat menjadi masalah serius ketika permukaan air laut naik.
4.4 Penurunan Hasil Panen Pertanian dan Perikanan
Jika iklim berubah seperti yang diramalkan, kemungkinannya bermacam-macam dan bahkan bisa suram.
Penurunan curah hujan jelas akan merupakan bencana bagi petani miskin di daerah kering, misalnya di Afrika, Brasil, Pakistan serta India, dan dampak tersebut tidak terbatas pada daerah kering saja.
Sebagai contoh:
Pemanasan global dapat membuat daerah Barat-Tengah Amerika Serikat menjadi lebih panas dan berangin. Apa yang dapat terjadi sudah dirasakan ketika kekeringan dan suhu tinggi pada 1988 menurunkan hasil panen gabah sebesar 30 persen. Penurunan hasil panen seperti ini, jika berlangsung terus, hampir pasti akan berakibat serius bagi negara berkembang serta negara-negara lain yang bergantung pada impor gabah dari Amerika Serikat.
Para petani dimanapun telah menunjukkan diri mampu melakukan penyesuaian diri untuk menanggapi perubahan keadaan. Mereka bersiap mengganti tanaman ketika pasar berubah, menerapkan jenis biji baru ketika mereka melihat bahwa jenis tersebut lebih menguntungkan, mengubah teknik bertani, atau mengambil langkah apapun yang mungkin meningkatkan keamanan atau pendapatan mereka.
Tetapi penyesuaian diri demikian memerlukan waktu dan uang. Jika dunia sedang menuju ke abad yang suhu globalnya meningkat terus, kecepatan dan kelanjutan perubahan akan meletakkan beban berat pada para petani di mana-mana.
Walaupun begitu, tidak seluruh kemungkinan negatif. Misalnya, ada kemungkinan bahwa kondisi di beberapa daerah akan menjadi lebih menguntungkan bagi tanaman pertanian daripada sekarang.
Terumbu karang merupakan ekosistem planet yang paling beragam. Satu terumbu dapat mendukung sebanyak 3000 spesies kehidupan laut. Terumbu terutama rentan terhadap perubahan apapun dalam lingkungannya. Kondisi ekstrem dapat menyebabkan ganggang simbiotik yang peka, pemberi warna dan makanan pada karang akan terlepas keluar. Jika hal ini terjadi, kerangka kapur dari karang akan terkelupas, sehingga memberi warna keputihan. Karang biasanya mendapatkan kembali ganggang setelah kejadian tersebut, tetapi kejadian yang berulang dan lama akan mencegah pertumbuhan dan reproduksi karang dan lambat-laun akan membunuh mereka.
4.5 Perubahan Keanekaragaman Hayati
Setiap jenis tumbuhan dan hewan hanya dapat hidup dalam satu wilayah atau iklim yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sebagai contoh:
Jenis pohon tertentu sesuai tumbuh di daerah curah hujan dan suhu savana. Jika iklim menjadi lebih panas dan lebih kering, pohon ini kalah dibandingkan semak rendah yang jarang tumbuhnya dan dapat hidup dalam iklim lebih keras. Jenis pohon ini akan digantikan secara alami oleh jenis lain yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan iklim baru.
Jika perubahannya lambat, akan terjadi penyesuaian diri secara bertahap terhadap iklim baru, seperti yang telah terjadi masa lalu. Diperkirakan jika kondisi yang lain tetap, tumbuh-tumbuhan perlu pindah 100 - 150 km ke arah kutub untuk mengatasi peningkatan suhu sebesar 1°C.
5. MENGURANGI ANCAMAN PEMANASAN GLOBAL
5.1 Menetapkan Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Untuk menghilangkan ancaman pemanasan global secara menyeluruh, konsentrasi gas-gas rumah kaca harus dikurangi sampai tingkat masa pra-industri. Ini merupakan tujuan yang saat ini tidak mungkin tercapai.
IPCC (Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim) menghitung beberapa penghematan yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat emisi yang ada saat ini. Data ini disajikan pada tabel 4 dan memperlihatkan bahwa penghematan-penghematan tersebut harus drastis. Emisi karbon dioksida, misalnya, harus turun 60 persen, yang berarti bahwa penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, industri dan listrik pada tingkat global harus dikurangi sampai tingkat setengah.
Sebuah skenario, berdasarkan penelitian Dr. Mick Kelly, Universitas East Anglia di Inggris, dirancang untuk menetapkan konsentrasi gas rumah kaca tahun 2030 pada kadar sedikit lebih tinggi dari pada kadar saat ini. Hal ini memerlukan perubahan mendasar. Beberapa ciri kuncinya adalah sebagai berikut:
Penghapusan produksi chlorofluorocarbon sejak 1995 dan mungkin juga bahan-bahan penggantinya yang mempunyai efek rumah kaca;
Menghentikan penggundulan hutan pada 2000, diikuti dengan penanaman kembali hutan-hutan secara intensif;
Pengurangan emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 persen dari kadar saat ini pada 2020;
Pengurangan dalam peningkatan konsentrasi tahunan metana dan dinitrogen oksida sampai 25 persen dari nilai saat ini.
Semua perubahan-perubahan ini pun tidak akan menghapuskan ancaman pemanasan global secara menyeluruh.
Dalam mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, sebaiknya diikuti strategi ‘tanpa penyesalan’ atau ‘no regrets’ yang dinyatakan pada 1990 oleh Menteri Ilmu Pengetahuan Australia, Barry Jones:
"Jika kita bertindak dan bencana terhindarkan, maka kita mencegah penderitaan berat manusia. Jika kita bertindak dan tidak ada masalah, maka kita tidak rugi melainkan mendapat keuntungan berupa lingkungan yang lebih bersih. Jika kita tidak bertindak dan terjadi bencana, akan ada tragedi global. Jika kita tidak bertindak dan tidak ada bencana, akibatnya kita akan tergantung semata-mata pada keberuntungan/nasib".
5.2 Tindakan untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Konservasi Energi
Banyak orang khawatir bahwa konservasi energi akan berarti penurunan taraf hidup. Hal ini merupakan isu belaka. Justru konservasi energi atau efisiensi penggunaan energi secara lebih baik sering dinyatakan sebagai usaha pelestarian sumber energi dengan biaya murah.
Di negara-negara maju, potensi terbesar untuk penghematan terdapat pada sektor industri dimana sebagian besar energi di konsumsi. Hal yang sama juga ada dalam sektor industri, perdagangan dan rumah tangga kelas atas di negara-negara berkembang.
Sejumlah besar bahan bakar dapat dihemat pemakaiannya pada gedung-gedung pencakar langit berdinding kaca di kota-kota besar beriklim tropis yang membentuk sebuah rumah kaca raksasa, sehingga memerlukan biaya besar dari pemilik dan penyewa untuk mendinginkan ruangan. Kesalahan ini tidak perlu diulangi, bangunan-bangunan baru dapat dengan mudah dirancang untuk mengurangi penyerapan panas.
Konsumsi listrik untuk penerangan dapat dikurangi dengan drastis melalui penggunaan lampu yang lebih efisien. Sebuah lampu neon kompak 18 watt yang dipasang di lubang lampu biasa dapat menghasilkan cahaya setara dengan lampu biasa 75 watt. Selama masa pakai sekitar 10.000 jam, lampu ini dapat mengurangi emisi lebih dari 0,5 ton karbon dioksida
(> 500 kg karbon dioksida)!
Transportasi menggunakan sepertiga dari keseluruhan konsumsi bahan bakar minyak dunia. Pada 1993 terdapat sekitar 500 juta kendaraan di jalan-jalan raya dunia, sekitar 400 juta adalah mobil. Seluruh sektor transportasi memerlukan peningkatan dalam efisiensi.
Mobil ‘peminum bensin’ buatan Amerika Serikat mempunyai angka konsumsi bahan bakar dua atau tiga kali lebih tinggi daripada mobil buatan Eropa atau Jepang. Peraturan perpajakan dan bea masuk untuk mencegah masuknya mobil yang boros, dapat membantu mengurangi emisi karbon dioksida sekaligus membantu negara-negara berkembang mengurangi beban impor bahan bakar minyak.
Eliminasi Chlorofluorocarbon
Dalam hal chlorofluorocarbon, karena sebuah kesepakatan internasional untuk menghentikan penggunaannya pada 2000 telah ditandatangani, tingkat emisi di masa datang akan bergantung terutama pada sejauh mana kesepakatan tersebut dipatuhi
Mengurangi Emisi Metana dan Dinitrogen oksida
Hingga saat ini belum ada strategi yang tepat untuk mengurangi emisi metana maupun dinitrogen oksida. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk sampai pada sebuah strategi pengurangan yang sesuai.
Bahan Bakar Biomassa
Bahan bakar biomassa berasal dari kayu atau sisa-sisa tanaman pertanian. Bahan ini dapat digunakan secara berkelanjutan, dengan jumlah penggunaan setara dengan jumlah penanaman. Jika hal ini dilakukan, tidak ada emisi karbon dioksida karena tumbuhan yang ditanam akan mengkonsumsi karbon dioksida sebanyak yang dilepaskan ketika bahan dibakar. Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka ada pula pengurangan emisi karbon dioksida.
Bahan bakar biomassa sudah digunakan secara berkelanjutan di berbagai industri pedesaan pada negara-negara berkembang. Pabrik gula dan penggilingan padi, minyak kelapa sawit dan agro-industri lainnya, secara berkala mengandalkan limbah mereka sendiri untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Industri penggergajian kayu sering menggunakan potongan kayu dan limbah kayu lainnya untuk menghasilkan energi panas guna mengeringkan kayu. Usaha-usaha seperti ini harus didorong untuk beralih dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar biomassa.
Teknologi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarui
Pemanfaatan sumber energi terbarui diyakini tidak menghasilkan emisi karbon dioksida. Karena itu, peningkatan pemanfaatan energi dari sumber-sumber energi terbarui harus dianggap sebagai unsur utama dalam strategi mengurangi emisi karbon dioksida. Namun sejauh ini, sumbangan sumber-sumber energi terbarui terhadap pemasokan energi dunia amat kecil, kecuali dari tenaga air.
Penanaman Hutan
Menanam pohon bahkan pada skala besar sekalipun, tidak dapat mengimbangi keseluruhan laju penambahan gas-gas rumah kaca ke atmosfer.
Walaupun demikian, peningkatan penanaman pohon oleh setiap negara akan memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca.
5.3 Pajak Karbon
Harga merupakan salah satu faktor penentu jenis bahan bakar apa yang dipilih orang dan berapa jumlah konsumsinya. Para ahli ekonomi menyarankan bahwa harga bahan bakar dapat dinaikkan dengan menambah ‘pajak karbon’, sebagai cara mengurangi pemanasan global. Pajak karbon akan dikenakan pada bahan bakar sesuai dengan jumlah karbon dioksida yang dipancarkan. Dengan rancangan ini, batu bara akan dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada bahan bakar bensin karena batu bara merupakan sumber energi fosil yang menghasilkan emisi gas karbon dioksida paling tinggi saat dibakar, dan gas bumi dikenakan pajak paling rendah
Gagasan lain yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan "ijin yang dapat dipertukarkan" atau tradable permits dalam emisi karbon dioksida. Ijin ini membolehkan sebuah negara atau sebuah organisasi untuk mengemisi karbon dioksida dalam jumlah tertentu. Jumlah tingkat emisi global karbon dioksida akan ditentukan oleh sebuah badan internasional. Di dalam sebuah negara, ijin tersebut akan dibagi di antara pengguna bahan bakar.
Sumber : http://www.student.unimaas.nl/a.andono/global_warming.htm
0 komentar:
Posting Komentar