Namaku Esrawati Nainggolan. Aku lahir pada tanggal 25 september 1992 di Pematang Siantar, Medan-Sumut. Aku anak ke-7 dari 8 bersaudara. Kedua orangtuaku PNS, ayah kepala sekolah dasar dan ibu, guru sekolah dasar. Keluargaku termasuk keluarga yang sederhana. Pada saat aku berumur 6 tahun aku masuk SD dan aku pun bersekolah di SD 1223558 Sumber Jaya Martoba, Pematang Siantar. Alasan ibuku menyekolahkan ku di SD 1223558 Sumber Jaya Martoba adalah faktor jarak, karena rumahku sangat dekat dengan SD itu, akhirnya ibu menyekolahkanku disana. Aku sangat senang dengan suasana disini karena sudah banyak teman-teman yang kukenal dan kebetulan juga kakakku bersekolah disana sehingga ada yang menjagaku.Di SD aku mulai merasakan malas untuk belajar. Sampai pada suatu ketika aku dimarahi ibuku karena aku menyembunyikan kertas ulanganku. Aku menyembunyikannya karena aku sangat takut sebab aku mendapatkan nilai 5, yang berarti angka merah karena prestasiku yang menurun itu ibuku pun melarangku untuk menonton Tv dan banyak bermain. Dari mulai saat itu akupun mulai rutin untuk belajar dan tidak menonton Tv di malam hari lagi. Usaha ku itupun tidak sia-sia, pada kelas 1 semester akhir, aku berhasil mendapat ranking 5. Dari mulai kelas satu itupun aku selalu mendapat ranking 5 besar.
Prestasiku itu membawa aku ke berbagai perlombaan. Pada saat aku duduk di kelas 5 aku mengikuti olympiade pelajaran ipa. Tahap awal perlombaan adalah perlombaan tingkat kecamatan. Pada tingkat kecamatan ini aku tidak berhasil lolos ke tahap yang berikutnya. karena aku harus bersaing dengan peserta-peserta lain yang berasal dari berbagai SD di Pematang Siantar. Walaupun aku tidak berhasil menjadi pemenang tetapi aku sangat senang dapat berpartisipasi disana. Aku juga senang karena disana aku mendapatkan teman baru yang berasal dari sekolah lain.Tanpa terasa sekali aku sudah duduk di kelas 6. Disini aku mulai fokus dan rutin belajar untuk Ujian Akhir Sekolah. Ini pertama kalinya aku mengikuti ujian akhir sekolah. Saat tiba waktunya ujian sekolah, aku mengerjakannya dengan teliti.Tepat pada hari pengumuman, detak jantung murid-murid pun berdetak dengan cepatnya. Kami menanti pengumuman seraya berdoa agar lulus.Tak lama berselang pengumuman pun keluar. Aku dan teman-temanku menarik nafas lega ternyata kami lulus semua
MASA SMP
Setelah beberapa hari berselang, pengumuman pun menyatakan bahwa aku masuk ke SMPN 9 Pematang siantar. Walaupun aku tidak berhasil masuk ke SMPN 1 namun aku tidak merasa kecewa karena aku yakin ini adalah yang terbaik yang Allah berikan untukku.
Mulai saat itu kehidupan di masa SMP pun dimulai. Pada saat itu aku duduk di kelas VII5. Saat itu aku mengenal banyak teman yang berasal dari berbagai sekolah. Aku mulai mendapatkan banyak teman di SMPN 9 dan aku pun merasa senang karena guru-guru di SMPN 9 sangat baik dan sabar walaupun mereka sangat disiplin. SMPN 9 memang merupakan sekolah yang sangat disiplin, ini pertama kalinya aku merasakan kedisiplinan di sekolah karena pada saat aku masih duduk di bangku SD aku belum merasakan disiplin yang ketat. Walaupun disini banyak peraturan yang menuntut kedisiplinan, namun aku yakin ini adalah kebijakan sekolah yang tujuannya sangat baik yaitu agar siswa dapat menjadi pribadi yang baik.
Pada penerimaan rapor kenaikan kelas VIII, aku dapat rangking 4. Aku sangat bersyukur karena hasil belajarku membuahkan hasil yang baik sehingga aku bisa masuk ke kelas unggulan. Namun, aku belum cukup puas dan aku bertekad untuk bisa dapat juara dikelas VIII nanti.Ternyata aku tidak bisa dapat juara karena persaingan sangat ketat sehingga aku hanya bisa meraih rangking 8. Tapi untungnya aku masih tetap di kelas unggulan IX 1.Dikelas ini aku masih harus menyesuaikan diri dengan teman-teman disana karena beberapa dari mereka dari kelas lain. Seiring berjalannya waktu aku pun bisa menyesuaikan diri disana bahkan aku sudah mulai kompak dengan mereka. Aku juga sudah bisa menyesuaikan dengan guru-guru di kelas unggulan. Aku senang sekali karena aku bertemu guru-guru yang sangat pintar dan juga selalu memberi kami motivasi untuk menjadi siswa yang cerdas dalam pelajaran dan juga cerdas dalam berfikir.Kelas ku ini juga mempunyai nama panggilan yaitu De’ Best. Dikelas ini kekeluargaannya sangat baik, anak-anak yang ada di dalamnya memiliki tingkat keinginan belajar yang sangat tinggi. Saat salah satu teman memiliki masalah di dalam pelajaran, teman yang bisa selalu mengajarinya, sehingga dalam satu kelas memiliki hubungan yang erat. Meskipun kami jarang sekali keluar kelas, namun kami tetap menjaga hubungan baik dengan kelas-kelas yang lain. Kami merasa walaupun status kelas kami adalah kelas unggulan yang menjadi barometer SMPN 9, kami tetap sama seperti anak-anak di kelas lain yang juga memiliki keinginan belajar yang tinggi. Setiap memperingati hari 17 Agustus kami memiliki program kelas terbersih dan kelas terkotor. Tujuannnya adalah untuk memotivasi siswa agar menjaga kenyamanan kelas. Siswa-siswi sangat antusias dalam perlombaan ini karena bagi yang kelasnya mendapat predikat kelas terbersih, akan mendapatkan hadiah dari sekolah. syukurnya kelas kami selalu mendapatkan predikat kelas terbersih, itu karena aku dan teman-temanku sangat merasa nyaman belajar apabila kelas kami bersih. Sekolah kami pun beberapa kali memenangkan lomba kebersihan sebagai juara 1 tingkat kota Pematang Siantar.
Disaat akhir semester adalah akhir yang sangat mendebarkan karena sebentar lagi kami akan mengikuti UN. Persiapan yang kami lakukan adalah belajar dan berlatih agar mendapat nilai yang memuaskan dan dapat lulus.Saat UN berlangsung yang menjadi pengawas adalah guru dari sekolah lain agar tidak ada kecurangan dalam pengerjaan soal UN.Kami harus menunggu pengumuman itu kira-kira selama 1 bulan. Sebelum pengumuman sekolah mengadakan acara perpisahan. Di penghujung acara ini kami semua sangat sedih karena harus berpisah dengan teman-teman dan juga guru-guru, kami juga sangat sedih harus meninggalkan SMPN 9. Sebelum pulang aku dan teman-teman berfoto bersama guru-guru dan staf-staf yang ada di SMPN 9.Setelah lama menunggu, akhirnya hari pengumuman tiba. Saat itu kami semua dikumpulkan dilapangan untuk mendengarkan pengumuman. Saat pengumuman dibacakan sorak-sorai pun memenuhi sekolah. Ada yang menangis karena bahagia sudah lulus dan ada juga yang menangis karena tidak lulus. Kami pun saling berpelukan dengan teman yang tidak lulus untuk memberi semangat.
Saat ingin melanjut ke SMA, aku ingin sekolah di SMA favorit kota Pematang Siantar yaitu SMAN 2 dan SMAN 4. Namun nilai UAN ku tidak mencukupi sehingga aku gagal masuk sekolah negeri. Akhirnya aku masuk ke SMA Swasta Perguruan Kristen. Aku masih bangga dengan sekolah ini karena fasilitasnya lebih bagus dari negeri dan mutu pendidikannya lumayan bagus. Aku masuk dikelas X2. Teman-temannya lumayan asyik dan aku mulai bersosialisasi dengan kelas yang lainnya. Selain itu aku juga ikut dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan menjabat sebagai wakil sekretaris OSIS. Ternyata mengikuti organisasi menyita waktu belajarku sehingga aku berusaha membagi-bagi waktu sebaik mungkin untuk belajar. Ternyata semester satu aku berhasil mendapat juara 2 umum dan semester 2 aku mendapat juara 1 umum. Aku senang sekali bisa membantu orangtua. Dengan besiswa yang aku dapat, aku bisa meringankan beban orangtua dalam membayar SPP. Hari-hari pun kulalui dengan banyak kegiatan mulai dari bimbel, OSIS, sampai membantu oarangtua. Namun itu tidak menjadi masalah bagiku. Kelas XII merupakan kelas unggulan. Disinilah aku mulai berusaha lebih giat lagi belajar karena persaingan lumayan ketat. Godaan pacaran pun mulai mengganggu pikiranku. Sampai akhirnya aku pacaran dengan kakak kelasku. Ternyata setelah aku pacaran aku jadi tidak fokus terehadap pelajaran. Ini terbukti pada semester 1 aku hanya mendapat juara 3 dikelas. Dan akhirnya aku memutuskan untuk tetap belajar. Masalah pacaran bisa kapan saja tapi ilmu tidak bisa didapat tanpa belajar. Alhasil semester 2 aku bisa mendapat juara 2 umum. Aku lega bercampur senang. Ternyata kalau ada kemauan disitu pasti ada jalan.
Pada waktu duduk dikelas XII, aku mendapat kesempatan untuk pergi ke Chicago, USA dalam acara Youth Gathering se-dunia. Aku memang termasuk siswa yang aktif dalam bahasa inggris sehinnga aku dipilih oleh pihak sekolah. Aku dan keluargaku pun senang. Namun yang menjadi masalah pada saat itu kedua orangtuaku belum ada biaya dalam mengurus passport dan visa. Pihak sekolah pun mengerti sehingga aku batal untuk pergi. Hal ini tidak membuatku kecewa karena aku yakin ini bukan rejekiku.Tak terasa masa SMA akan berakhir dan aku mempersiapkan diri untuk menghadapi UN. Hari-hari pun kulewati dengan rasa was-was menanti pengumuman hasil UN. Ternyata aku dan teman-teman lainnya lulus, kami pun saling berpelukan sambil menangis karena senang bisa lulus dan juga sedih akan berpisah. Namun perjuanganku dalam belajar tidak hanya sampai disitu. Sebulan setelah tamat SMA, aku harus menghadapi UMB-PTN di Medan. Namun pada saat pengumuman UMB-PTN aku gagal. Tapi aku tidak putus asa, aku terus belajar agar menang di SNMPTN. Ternyata aku gagal lagi. Aku merasa lemas saat aku mengetahui kalau aku tidak menang. Terakhir aku ikut test masuk STAN. Inilah harapanku satu-satunya dan dengan semangat perjuangan aku belajar bareng dengan sepupuku yang ikut bimbel STAN. Saat pengumuman STAN, namaku tidak terdaftar tapi ada beberapa temanku yang menang. Aku pun merasa tidak berguna tetapi aku sedikit bangga ternyata temanku ada juga yang lolos.
Aku pun bimbang mau kuliah atau tidak. Melihat kondisi keuangan orangtua yang tidak memungkinkan, aku pun memilih kuliah D3 di Bogor dibanding di Medan. Aku ikut testing di D3 IPB dan D3 Univ. Gunadarma. Aku pun mulai belajar lagi dengan meminjam buku SMA kepada anak tetangga yang masih kelas 3 SMA. Aku dengan sangat yakin bisa masuk D3 IPB, dan ternyata benar, aku diterima namun orangtuaku tidak bisa membayar uang kuliah secara cash di IPB. Akhirnya aku memutuskan untuk kuliah di Gunadarma karena uang pembangunannya masih bisa dicicil. Aku tetap bersyukur karena masih bisa merasakan yang namanya kuliah. Aku pun bertekad dalam hati untuk fokus terhadap kuliah dan kalau bisa mendapat beasiswa dengan nilai IPK yang tinggi. Dengan begitu aku bisa membantu orangtua di kampung.
0 komentar:
Posting Komentar